Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar - Detikcom
Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar - Detikcom
detikFinance / Berita Ekonomi Bisnis / Detail Berita Follow detikFinance Selasa 27 Jun 2017, 20:40 WIB Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar Hans Henricus BS Aron - detikFinance Foto: Maikel Jefriando Jakarta - 7-Eleven atau Sevel menjadi topik hangat pasca keputusan pihak pengelola menutup seluruh gerai 30 Juni 2017. Berbagai pandan gan muncul mengulas kejatuhan Sevel.
Ada yang mengatakan, Sevel tutup karena tidak punya konsep bisnis yang jelas. Ada pula yang berpendapat, kombinasi antara konsep bisnis tak jelas, tak ada keunikan produk, dan kondisi keuangan memburuk, memicu Sevel bangkrut.
Bukan cuma itu, ada juga yang menyebut intervensi pemerintah membuat bisnis Sevel meredup. Lantas, mengapa bisnis Sevel meredup hingga akhirnya tutup?
Pakar Marketing, Rhenald Kasali, mengatakan persoalan terjadi pasca pemerintah pada 2012 lalu meminta Sevel menentukan model bisnis minimarket atau restoran/kafe. Saat itu, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri menyurati Sevel dan toko ritel lainnya, Lawson.
"2012 ke sini, bisnis modelnya sudah tak sesuai dengan bisnis model yang awal. Setelah itu menjadi kacau, cost menjadi mahal. Setelah itu ada peraturan pemerintah mengenai alkohol, Akhirnya makin terpuruk kan," kata ujar Rhenald kepada detikFinanc e, Selasa (27/6/2017).
Menurut Rhenald, Sevel awalnya menerapkan model bisnis tempat anak muda nongkrong. Namun, setelah 2012, konsep itu tak bisa diterapkan.
Kenapa konsep tersebut tak bisa lagi dijalankan?
"Pertama, karena aturannya melarang mereka. Kedua, mereka dilarang menjual bir. Bir itu kan ada turunannya, makanan yang lain ikut semua, seperti snack. Setelah itu, mulailah kekacauan muncul," tutur Rhenald.
Rhenald menambahkan, sikap regulator seperti yang dialami Sevel masih dijumpai di industri lainnya. Oleh sebab itu, ia 'menyentil' regulator mengubah sikap dalam membuat kebijakan bagi pelaku usaha.
"Fokus saya ingin 'menyentil' regulator agar rezim perizinan itu menjadi lebih soft, friendly bagi dunia usaha," tutur Rhenald.
Bisnis model
Pandangan berbeda datang dari Budi Satria Isman. Pengusaha dan pelatih eksekutif ini menilai regulator bukan faktor utama pemicu berakhirny a bisnis Sevel di Indonesia.
Budi merangkum analisis kejatuhan Sevel melalui Smart Business Map yang terdiri 3 komponen yaitu, playing field, market landscape dan operational profitability.
Pertama, lewat parameter playing field, Budi menilai Sevel tidak tegas menentukan model bisnis, Restoran/Kafe atau Convenience Store. Sevel, menurut Budi, menerapkan model bisnis Food Store Destination sejak buka gerai pertama kali di Jakarta pada 2009.
"Bisnis model menurut saya kurang clear maunya bagaimana. Sevel di dunia sebetulnya convenience store, di Indonesia dicoba melakukan inovasi yang menyebabkan biaya per outlet mahal," tutur Budi kepada detikFinance.
Kedua, market landscape. Sevel tidak memiliki sesuatu yang unik sebagai pembeda dengan toko ritel serupa. Menurut Budi, Sevel menawarkan konsep convenience store yang memiliki tempat dan WiFi gratis dengan makanan siap saji yang terbatas menunya. Konsep se perti ini mudah sekali ditiru kompetitor.
Ketiga, operational profitability. Budi menjelaskan, pertumbuhan bisnis Sevel lebih banyak mengandalkan ekspansi gerai. Cara ini membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga mereka mencari dana lewat right issue dan menambah modal lewat pinjaman bank.
Di sisi lain, Sevel juga menambah investasi untuk Central Kitchen dan Fresh Food. Budi mengatakan, Banyak investasi yang mereka lakukan sehingga cash flow menjadi tergerus. Sementara, gerai-gerai yang ekspansif dibuka, tak semuanya menguntungkan.
Sehingga, penjualan per gerai Sevel mulai turun sejak 2014, dan pendapatan per gerai juga menurun.
"Banyak sekali masalah, itu adalah masalah internal, bukan cuma faktor eksternal," ucap Budi.
Yang jelas, penutupan Sevel pada 30 Juni 2017 nanti tinggal menghitung hari. Musibah yang menimpa Sevel diharapkan tak menular ke toko ritel lainnya di Indonesia.
"Mudah-mudahan enggak ada lagi yang ko laps seperti ini," pungkas Budi. (hns/nwk)
Berita Terkait
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Media Partner: promosi[at]detikfinance.com
Iklan: sales[at]detik.com News Feed
Popular
Popular
detikFinance / Berita Ekonomi Bisnis / Detail Berita Follow detikFinance Selasa 27 Jun 2017, 20:40 WIB Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar Hans Henricus BS Aron - detikFinance Foto: Maikel Jefriando Jakarta - 7-Eleven atau Sevel menjadi topik hangat pasca keputusan pihak pengelola menutup seluruh gerai 30 Juni 2017. Berbagai pandan gan muncul mengulas kejatuhan Sevel.
Ada yang mengatakan, Sevel tutup karena tidak punya konsep bisnis yang jelas. Ada pula yang berpendapat, kombinasi antara konsep bisnis tak jelas, tak ada keunikan produk, dan kondisi keuangan memburuk, memicu Sevel bangkrut.
Bukan cuma itu, ada juga yang menyebut intervensi pemerintah membuat bisnis Sevel meredup. Lantas, mengapa bisnis Sevel meredup hingga akhirnya tutup?
Pakar Marketing, Rhenald Kasali, mengatakan persoalan terjadi pasca pemerintah pada 2012 lalu meminta Sevel menentukan model bisnis minimarket atau restoran/kafe. Saat itu, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri menyurati Sevel dan toko ritel lainnya, Lawson.
"2012 ke sini, bisnis modelnya sudah tak sesuai dengan bisnis model yang awal. Setelah itu menjadi kacau, cost menjadi mahal. Setelah itu ada peraturan pemerintah mengenai alkohol, Akhirnya makin terpuruk kan," kata ujar Rhenald kepada detikFinanc e, Selasa (27/6/2017).
Menurut Rhenald, Sevel awalnya menerapkan model bisnis tempat anak muda nongkrong. Namun, setelah 2012, konsep itu tak bisa diterapkan.
Kenapa konsep tersebut tak bisa lagi dijalankan?
"Pertama, karena aturannya melarang mereka. Kedua, mereka dilarang menjual bir. Bir itu kan ada turunannya, makanan yang lain ikut semua, seperti snack. Setelah itu, mulailah kekacauan muncul," tutur Rhenald.
Rhenald menambahkan, sikap regulator seperti yang dialami Sevel masih dijumpai di industri lainnya. Oleh sebab itu, ia 'menyentil' regulator mengubah sikap dalam membuat kebijakan bagi pelaku usaha.
"Fokus saya ingin 'menyentil' regulator agar rezim perizinan itu menjadi lebih soft, friendly bagi dunia usaha," tutur Rhenald.
Bisnis model
Pandangan berbeda datang dari Budi Satria Isman. Pengusaha dan pelatih eksekutif ini menilai regulator bukan faktor utama pemicu berakhirny a bisnis Sevel di Indonesia.
Budi merangkum analisis kejatuhan Sevel melalui Smart Business Map yang terdiri 3 komponen yaitu, playing field, market landscape dan operational profitability.
Pertama, lewat parameter playing field, Budi menilai Sevel tidak tegas menentukan model bisnis, Restoran/Kafe atau Convenience Store. Sevel, menurut Budi, menerapkan model bisnis Food Store Destination sejak buka gerai pertama kali di Jakarta pada 2009.
"Bisnis model menurut saya kurang clear maunya bagaimana. Sevel di dunia sebetulnya convenience store, di Indonesia dicoba melakukan inovasi yang menyebabkan biaya per outlet mahal," tutur Budi kepada detikFinance.
Kedua, market landscape. Sevel tidak memiliki sesuatu yang unik sebagai pembeda dengan toko ritel serupa. Menurut Budi, Sevel menawarkan konsep convenience store yang memiliki tempat dan WiFi gratis dengan makanan siap saji yang terbatas menunya. Konsep se perti ini mudah sekali ditiru kompetitor.
Ketiga, operational profitability. Budi menjelaskan, pertumbuhan bisnis Sevel lebih banyak mengandalkan ekspansi gerai. Cara ini membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga mereka mencari dana lewat right issue dan menambah modal lewat pinjaman bank.
Di sisi lain, Sevel juga menambah investasi untuk Central Kitchen dan Fresh Food. Budi mengatakan, Banyak investasi yang mereka lakukan sehingga cash flow menjadi tergerus. Sementara, gerai-gerai yang ekspansif dibuka, tak semuanya menguntungkan.
Sehingga, penjualan per gerai Sevel mulai turun sejak 2014, dan pendapatan per gerai juga menurun.
"Banyak sekali masalah, itu adalah masalah internal, bukan cuma faktor eksternal," ucap Budi.
Yang jelas, penutupan Sevel pada 30 Juni 2017 nanti tinggal menghitung hari. Musibah yang menimpa Sevel diharapkan tak menular ke toko ritel lainnya di Indonesia.
"Mudah-mudahan enggak ada lagi yang ko laps seperti ini," pungkas Budi. (hns/nwk)
Berita Terkait
- Sevel Tutup, Kemenperin: Ekspansi Agresif Tapi Kurang Perencanaan
- Tutup 30 Juni, Adakah yang Salah dengan Konsep Bisnis Sevel?
- Sandi Uno Ingin OK-OCE Mart Bisa Gantikan Sevel di DKI
- Sevel Tutup Gerai, Pengusaha: Konsep Bisnisnya Enggak Pas
- Bisnis Sevel Meredup Sejak Larangan Jual Minuman Beralkohol?
- Sevel Gulung Tikar, Menperin: Karena Masalah Internal
- Begini Penampakan Sevel Bangkrut di Jakarta
- Konsep Sevel Enak Buat Nongkrong, Tapi Tak Buat Untung
An ak Sevel Bakal Kangen 6 Jajanan Ikonik 7-Eleven Ini
detikInet7-Eleven Gulung Tikar, Netizen Ramai Komentar
detikNewsAksi Panggung Menaker Bareng Slank di Peluncuran Aplikasi Cari Kerja
detikNewsHiii..! Viral Tikus Gemuk di Makanan Siap Saji Sevel Malaysia
detikNewsPejalan Kaki Tertabrak TransJ di Mampang, Lalin Arah Ragunan Macet Parah
detikFoodPermen Imut Mickey dan Minnie Mouse dari Jepang Ini Manis Menggemaskan
detikInetPotret 7-Eleven di Amerika yang Berbeda
detikSportTono Suratman Luncurkan SMS KONI Donasi
Kontak Informasi DetikcomRedaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Media Partner: promosi[at]detikfinance.com
Iklan: sales[at]detik.com News Feed
-
Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar
Selasa, 27 Jun 2017 20:40 WIB 7-Eleven atau Sevel menjadi topik hangat pasca keputusan pihak pengelola menutup seluruh gerai 30 Juni 2017. Berbagai pandangan muncul mengulas kejatuhan Sevel. -
Jualan Saat Libur Lebaran, Berapa Omzet Pedagang Tanah Abang?
Selasa, 27 Jun 2017 20:16 WIB Meski menggelar lapak dagangan darurat karena Pasar Tanah Abang masih tutup, pedagang optimistis bisa meraup omzet lumayan. -
Sevel Tutup, Kemenperin: Ekspansi Agresif Tapi Kurang Perencanaan
Selasa, 27 Jun 2017 19:55 WIB Menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Sevel bangkrut karena perencanaan bisnis kurang mapan hingga ekspansi yang terlalu agresif. -
Libur Lebaran, Pedagang Pasar Tanah Abang Banting Harga
Selasa, 27 Jun 2017 18:16 WIB Pedagang menggelar lapak darurat karena pasar Tanah Abang tutup selama libur Lebaran. Mereka pun menghabiskan stok dagangan dengan harga miring. -
Mengintip Kegiatan Sri Mulyani Mudik ke Semarang
Selasa, 27 Jun 2017 16:19 WIB Usai open house di Jakarta pada hari pertama Lebaran, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mudik ke Semarang. Apa saja kegiatan Sri Mulyani di sana? -
Libur Lebaran Bersih-bersih Rumah, Cek Promo di Transmart Carrefour
Selasa, 27 Jun 2017 16:01 WIB Jangan sampai terlewatkan berbagai promo menarik untuk kebersihan rumah ini. -
Berbagai Promo Alat Kebersihan di Transmart dan Carrefour
Selasa, 27 Jun 2017 15:48 WIB Manfaatkan promo diskon sampai dengan 30% untuk peralatan kebersihan dari Swash seperti kemoceng, alat pel, sapu, dan beragam lainnya di Transmart dan Carrefour -
Pasar Tanah Abang Masih Tutup, Pedagang Gelar Lapak Darurat
Selasa, 27 Jun 2017 15:28 WIB Pasar Tanah Abang baru buka kembali Senin (3/7/2017). Para pedagang terpaksa menggelar lapak di pinggir jalan se kitar pasar. -
Obama Liburan ke Bali, Pengusaha: Promosi Gratis Pariwisata RI
Selasa, 27 Jun 2017 15:15 WIB Menurut pengusaha, kedatangan Obama berlibur di Bali menjadi ajang promosi gratis pariwisata Indonesia. -
Catat! Pasar Tanah Abang Baru Buka Senin 3 Juli
Selasa, 27 Jun 2017 14:25 WIB Seluruh blok di Pasar Tanah Abang tutup sejak Minggu (25/6/2017), dan baru buka kembali Senin (3/7/20 17). -
Pelanggan Transmart Carrefour Mudik Gratis Naik Alphard dan Pesawat
Selasa, 27 Jun 2017 13:23 WIB Dalam program Mudik Gratis, tersedia 800 tiket kereta, 500 tiket pesawat, 35 tiket mobil Innova dan 10 tiket mobil Alphard. -
Tutup 30 Juni, Adakah yang Salah dengan Konsep Bisnis Sevel?
Selasa, 27 Jun 2017 13:04 WIB Gerai Sevel di Indonesia tutup 30 J uni 2017. Apakah ada yang salah dengan konsep bisnis Sevel selama ini?
-
Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar Selasa, 27 Jun 2017 20:40 WIB
-
Jualan Saat Libur Lebaran, Berapa Omzet Pedagang Tanah Abang? Selasa, 27 Jun 2017 20:16 WIB
-
Sevel Tutup, Kemenperin: Ekspansi Agresif Tapi Kurang Perencanaan Selasa, 27 Jun 2017 19:55 WIB
-
Libur Lebaran, Pedagang Pasar Tanah Abang Banting Harga Selasa, 27 Jun 2017 18:16 WIB
Popular
- 01
Jualan Saat Libur Lebaran, Berapa Omzet Pedagang Tanah Abang?
- 02
Sevel Tutup, Kemenper in: Ekspansi Agresif Tapi Kurang Perencanaan
- 03
Mengintip Kegiatan Sri Mulyani Mudik ke Semarang
- 04
Libur Lebaran, Pedagang Pasar Tanah Abang Banting Harga
- 05
Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar
- 06
Obama Liburan ke Bali, Pengusaha: Promosi Gratis Pariwisata RI
- 07
Pasar Tanah Abang Masih Tutup, Pedagang Gelar Lapak Darurat
- 08
Tutup 30 Juni, Adakah yang Salah dengan Konsep Bisnis Sevel?
- 09
Libur Lebaran Bersih-bersih Rumah, Cek Promo di Transmart Carrefour
- 10
Berbagai Promo Alat Kebersihan di Transmart dan Carrefour
Popular
- 01
Jualan Saat Libur Lebaran, Berapa Omzet Pedagang Tanah Abang?
- 02
Sevel Tutup, Kemenperin: Ekspansi Agresif Tapi Kurang Perencanaan
- 03
Mengintip Kegiatan Sri Mulyani Mudik ke Semarang
- 04
Libur Lebaran, Pedagang Pasar Tanah Abang Banting Harga
- 05
Analisis Kejatuhan Bisnis Sevel Hingga Akhirnya Gulung Tikar
- 06
Obama Liburan ke Bali, Pengusaha: Promosi Gratis Pariwisata RI
- 07
Pasar Tanah Abang Masih Tutup, Pedagang Gelar Lapak Darurat
- 08
Tutup 30 Juni, Adakah yang Salah dengan Konsep Bisnis Sevel?
- 09
Libur Lebaran Bersih-bersih Rumah, Cek Promo di Transmart Carrefour
- 10
Berbagai Promo Alat Kebersihan di Transmart dan Carrefour
Post a Comment