Peluang dari Tabiat Belanja Online Saat Ramadan dan Lebaran
Peluang dari Tabiat Belanja Online Saat Ramadan dan Lebaran
tirto.id - Kiki Nasution lebih senang belanja online. Ia tipikal orang yang malas berlelah-lelah mendatangi satu per satu toko-toko dan melihat isi etalasenya. Kiki juga mengaku seorang introvert, yang jarang keluar rumah. âLagi pula, dagangan di Instagram juga bagus-bagus. Kadang harganya malah miring banget, sampai bikin kaget sendiri,â kata Kiki.
Memang tak semua barang-barang miliknya dibeli lewat transaksi online. Tapi lebih dari 80 persen kegiatan belanjanya ia lakukan lewat ponsel pintar. Kepraktisan menjadi alasan utama Kiki lebih menyukai berbelanja online. âLebih hemat waktu, tenaga, dan uang kadang-kadang,â tambahnya.
Ia bisa belanja pakaian, buku, lemari, peralatan dapur, bahkan makanan, dan minuman lewat transaksi online. Tak terlepas untuk keperluannya selama Ramadan ini dan lebaran nanti. Meski THR dari kantornya belum keluar, pegawai swasta ini me ngaku sudah menikmati berbagai tawaran produk lebaran dengan diskon-diskon tinggi. Ia tak mau kehilangan kesempatan atau didahului orang lain untuk mendapat produk yang ia suka.
âMemang setiap Ramadan pengeluaran jadi agak lebih boros, ya,â ungkap Kiki sambil tertawa.
Studi dari iPrice, sebuah e-commerce yang fokus berdagang di Asia Tenggara, membuktikan pernyataan Kiki. Di antara enam Hari Raya Keagamaan terbesar yang dirayakan di Asia Tenggara, Hari Raya Idul Fitri adalah yang paling berpengaruh pada kegiatan e-commerce. Kenaikan belanja online bisa mencapai 24 persen, sementara Hari Raya Natal hanya mencapai 12 persen, dan Hari Raya Imlek cuma mencapai 11 persen.
Dari Riset Mandiri yang dilakukan Tirto awal Juni ini juga membuktikan bahwa pengeluaran warga Jakarta malah meningkat ketika Ramadan. Rata-rata pengeluaran tambahan itu adalah Rp1 hingga Rp3 juta, dengan buka bersama dan belanja pakaian atau sepatu sebagai pengeluaran terbesar pertama dan ke dua.
Namun yang menarik dari meningkatnya kegiatan belanja saat Ramadan dan Lebaran ini adalah angka kegiatan belanja online yang juga ikut meninggi setiap tahunnya.
The Wall Street Journal melansir, pencarian di situs-situs meningkat hingga 152 persen di Indonesia pada 2014. Pembelian baju muslim secara online meningkat sampai 96 persen kala itu, dengan rata-rata angka pengeluaran mencapai Rp120 ribu per hari selama Ramadan.
Dari catatan Criteo, selama 2015, tren berbelanja online kembali meningkat. Dari survei yang dilakukannya di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, mereka menemukan bahwa penjualan akan naik dalam tiga termin ketika Ramadan. Pada termin I, minggu pertama, penjualan naik tercatat hingga 39 persen. Pada termin II di minggu kedua dan ketiga, penjualan naik sampai 128 persen. Sementara minggu terakhir, penjualan juga naik sampai 50 persen. Pada 2016, penjualan kembali naik sampai 67 persen di Asia Tenggara.
Data-data ini yang kemudian bisa dipakai para pengecer untuk memanfaatkan Ramadan dan perubahan gaya belanja online yang trennya sangat signifikan meningkat. Misalnya dengan memperhatikan jadwal-jadwal belanja yang paling disenangi pembeli, atau termin mana yang tepat untuk mengeluarkan tawaran diskon bombastis.
Google, di pengujung Mei lalu, juga sempat merilis data-data pencarian mereka yang bisa dipakai para pengecer untuk lebih lihai melihat peluang pasar ketika Ramadan. Tingginya kegiatan belanja, tentu harus diiringi sikap jeli menawarkan produk.
Menurut Google, Pada 2016, penelusuran yang berkaitan dengan pakaian melonjak 2,8 kali lipat, alat-alat rumah tangga meningkat 2 kali lipat, dan promosi telepon seluler sebesar 1,8 kali lipat. Tak hanya produk-produk yang dicari, kartu kredit yang tepat juga diintai konsumen karena pengeluaran yang membengkak ketika Ramadan.
Beberapa orang tidak dapat membayar dengan uang tunai, menjadi salah satu alasannya. Pada 2016, penelusuran terkait pembayaran lewat cicilan meningkat sebesar 1,6 kali lipat, sementara promo kartu kredit meningkat 1,2 kali lipat.
Hal lain yang pasti dicari-cari adalah kata kunci promo dan diskon. Penelusuran yang berkaitan dengan promosi dan diskon memuncak saat Ramadan, menurut Google. Misalnya, penelusuran telepon pintar mencapai puncaknya pada pekan pemberian THR. Peningkatan kata kunci ini mencapai angka 40 persen.
Informasi ini bisa dimanfaatkan baik dengan membuat iming-iming tawaran diskon yang sudah dikalkulasikan benar.
Kiki, sebagai konsumen, mengafirmasi ketagihannya ketika melihat kata diskon dalam sebuah kampanye produk. âKadang, karena sudah ada kata diskonnya, kita jadi suka beli aja. Meskipun harganya mungkin malah lebih mahal,â katanya.
Baca juga artikel terkait E-COMMERCE atau tulisan menar ik lainnya Aulia Adam
(tirto.id - aad/zen)
tirto.id - Kiki Nasution lebih senang belanja online. Ia tipikal orang yang malas berlelah-lelah mendatangi satu per satu toko-toko dan melihat isi etalasenya. Kiki juga mengaku seorang introvert, yang jarang keluar rumah. âLagi pula, dagangan di Instagram juga bagus-bagus. Kadang harganya malah miring banget, sampai bikin kaget sendiri,â kata Kiki.
Memang tak semua barang-barang miliknya dibeli lewat transaksi online. Tapi lebih dari 80 persen kegiatan belanjanya ia lakukan lewat ponsel pintar. Kepraktisan menjadi alasan utama Kiki lebih menyukai berbelanja online. âLebih hemat waktu, tenaga, dan uang kadang-kadang,â tambahnya.
Ia bisa belanja pakaian, buku, lemari, peralatan dapur, bahkan makanan, dan minuman lewat transaksi online. Tak terlepas untuk keperluannya selama Ramadan ini dan lebaran nanti. Meski THR dari kantornya belum keluar, pegawai swasta ini me ngaku sudah menikmati berbagai tawaran produk lebaran dengan diskon-diskon tinggi. Ia tak mau kehilangan kesempatan atau didahului orang lain untuk mendapat produk yang ia suka.
âMemang setiap Ramadan pengeluaran jadi agak lebih boros, ya,â ungkap Kiki sambil tertawa.
Studi dari iPrice, sebuah e-commerce yang fokus berdagang di Asia Tenggara, membuktikan pernyataan Kiki. Di antara enam Hari Raya Keagamaan terbesar yang dirayakan di Asia Tenggara, Hari Raya Idul Fitri adalah yang paling berpengaruh pada kegiatan e-commerce. Kenaikan belanja online bisa mencapai 24 persen, sementara Hari Raya Natal hanya mencapai 12 persen, dan Hari Raya Imlek cuma mencapai 11 persen.
Dari Riset Mandiri yang dilakukan Tirto awal Juni ini juga membuktikan bahwa pengeluaran warga Jakarta malah meningkat ketika Ramadan. Rata-rata pengeluaran tambahan itu adalah Rp1 hingga Rp3 juta, dengan buka bersama dan belanja pakaian atau sepatu sebagai pengeluaran terbesar pertama dan ke dua.
Namun yang menarik dari meningkatnya kegiatan belanja saat Ramadan dan Lebaran ini adalah angka kegiatan belanja online yang juga ikut meninggi setiap tahunnya.
The Wall Street Journal melansir, pencarian di situs-situs meningkat hingga 152 persen di Indonesia pada 2014. Pembelian baju muslim secara online meningkat sampai 96 persen kala itu, dengan rata-rata angka pengeluaran mencapai Rp120 ribu per hari selama Ramadan.
Dari catatan Criteo, selama 2015, tren berbelanja online kembali meningkat. Dari survei yang dilakukannya di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, mereka menemukan bahwa penjualan akan naik dalam tiga termin ketika Ramadan. Pada termin I, minggu pertama, penjualan naik tercatat hingga 39 persen. Pada termin II di minggu kedua dan ketiga, penjualan naik sampai 128 persen. Sementara minggu terakhir, penjualan juga naik sampai 50 persen. Pada 2016, penjualan kembali naik sampai 67 persen di Asia Tenggara.
Data-data ini yang kemudian bisa dipakai para pengecer untuk memanfaatkan Ramadan dan perubahan gaya belanja online yang trennya sangat signifikan meningkat. Misalnya dengan memperhatikan jadwal-jadwal belanja yang paling disenangi pembeli, atau termin mana yang tepat untuk mengeluarkan tawaran diskon bombastis.
Google, di pengujung Mei lalu, juga sempat merilis data-data pencarian mereka yang bisa dipakai para pengecer untuk lebih lihai melihat peluang pasar ketika Ramadan. Tingginya kegiatan belanja, tentu harus diiringi sikap jeli menawarkan produk.
Menurut Google, Pada 2016, penelusuran yang berkaitan dengan pakaian melonjak 2,8 kali lipat, alat-alat rumah tangga meningkat 2 kali lipat, dan promosi telepon seluler sebesar 1,8 kali lipat. Tak hanya produk-produk yang dicari, kartu kredit yang tepat juga diintai konsumen karena pengeluaran yang membengkak ketika Ramadan.
Beberapa orang tidak dapat membayar dengan uang tunai, menjadi salah satu alasannya. Pada 2016, penelusuran terkait pembayaran lewat cicilan meningkat sebesar 1,6 kali lipat, sementara promo kartu kredit meningkat 1,2 kali lipat.
Hal lain yang pasti dicari-cari adalah kata kunci promo dan diskon. Penelusuran yang berkaitan dengan promosi dan diskon memuncak saat Ramadan, menurut Google. Misalnya, penelusuran telepon pintar mencapai puncaknya pada pekan pemberian THR. Peningkatan kata kunci ini mencapai angka 40 persen.
Informasi ini bisa dimanfaatkan baik dengan membuat iming-iming tawaran diskon yang sudah dikalkulasikan benar.
Kiki, sebagai konsumen, mengafirmasi ketagihannya ketika melihat kata diskon dalam sebuah kampanye produk. âKadang, karena sudah ada kata diskonnya, kita jadi suka beli aja. Meskipun harganya mungkin malah lebih mahal,â katanya.
Baca juga artikel terkait E-COMMERCE atau tulisan menar ik lainnya Aulia Adam
(tirto.id - aad/zen)
Keyword
e-commerce lebaran belanja ramadan thr transaksi online media sosial bisnis mild reportREKOMENDASI
-
Produk yang Paling Dibeli di Toko Online Selama Ramadan
-
SoftBank, Raksasa Baru Jepang
-
E-Commerce Disarankan Tak Lagi Jadi Pelengkap Bisnis Ritel
KONTEN MENARIK LAINNYA
-
Ajang Pamer Gim E3
-
#RIPSnapchat Gara-gara Instagram
BACA JUGA
-
Tiket.com Diakuisisi Bliblicom, Bersiap Menyalip Traveloka
-
Nasib Bisnis Ooredoo Setelah Qatar Diboikot
Post a Comment