Header Ads

Rumah Sakit Plus

Protector USV: Andalkan Teknologi Plug and Play, Inilah Drone Laut Bersenjata di Asia Tenggara

Protector USV: Andalkan Teknologi Plug and Play, Inilah Drone Laut Bersenjata di Asia Tenggara

Protector USV: Andalkan Teknologi Plug and Play, Inilah Drone Laut Bersenjata di Asia Tenggara indomiliter | 28/06/2017 | Berita Matra Laut, Berita Update Alutsista, Dari Ruang Tempur, Drone, Kapal Perang Asing | 1 Comment

Andai saja proyek KCR (Kapal Cepat Rudal) Klewang Class terus berjalan, mungkin imbas positifnya proyek USV (Unmanned Surface Vehicle) alias drone laut Bonefish akan terus dilanjutkan ke tahapan pembuatan prototipe. Di ajang Indo Defence 2014, PT Lundin Industry Invest (North Sea Boats) telah memperkenalkan full mockup Bonefish, dan bila kesemuanya lancar, saat itu dijadwalkan prototipe Bonefish bakal mulai diuji coba pada tahun 2015. Meski dihadirkan PT Lundin Industry Invest, namun sokongan teknologi drone yang mampu melesat 40 knots ini dipasok oleh Saab dari Swedia. Karena mangkrak-nya proyek Klewang, dan lepasnya keterlibatan Saab dalam proyek KCR trimaran tersebut, maka mimpi Indonesia untuk menghadirkan prototipe Bonefish ikut sirna.

Baca juga: Bonefish USV â€" Kapal Intai Tanpa Awak Berdesain Trimaran

Baca juga: KRI Klewang â€" Andalkan Desain “Ikan Cucut” Serta Stealth Capabilities

Padahal bila merujuk ke spesifikasi teknis, Bonefish USV tak sekedar mampu menjalankan misi patroli dan intai di lautan semata, drone nantinya disiapkan untuk bisa menggotong rudal anti kapal RBS15 Mk3 yang berkecepatan subsonik. Rudal ini memiliki hulu ledak HET seberat 200 kg. Selain itu kapal ini juga dipersenjatai dengan naval gun 40Mk4. Tak hanya itu, radar Sea Giraffe 1X 3D yang memiliki berat 150 kg terpasang USV Bonefish ini. Radar ini disebut mampu mereduksi efek lengkung bumi . Lepas dari mimpi Bonefish, ide menggarap rancang bangun USV terus dikumandangkan penggiat teknologi di dalam negeri, seperti Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) yang berhasil meluncurkan prototipe USV Savinna dan Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) yang meluncurkan USV berbasis WiFi. Meski sebuah lompatan kreasi teknologi, tapi kesemua yang disebutkan baru berakhir dalam tataran prototipe.

Baca juga: Savinna â€" Prototipe Drone Laut Karya Mahasiswa UGM

Sementara bila melirik ke negara tetangga, USV sudah dioperasikan AL Singapura/Republic of Singapore Navy (RSN) sejak tahun 2005. Yang dimaksud adalah Protector USV, buatan Rafael Advanced Defense Systems. Berbeda dengan rancangan Bonefish, Protector dibangun dari basis lambung RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat). Generasi awal Protector USV diluncurkan pada tahun 2004, pada varian ini punya panjang 9 meter, lebar 3,2 meter dan tinggi 4,5 meter. Pada varian awal Protector menggunakan single diesel engine dan water jet propulsion, kecepatan maksimum Protector 50 knots (92,6 km per jam). Dengan bobot total 4 ton, menjadikan drone ini tak sulit dipindahkan menggunakan trailer. Varian awal inilah yang hingga kini dioperasikan AL Singapura untuk melakukan patroli perbatasan, perlindungan obyek vital dan counter terorism. Laksana sebuah drone, otomatis tdak ada risiko atas keselamatan awak kapal.

Baca juga: Skipper â€" Target Drone Bawah Air Untuk Uji Tembak Torpedo TNI AL

Bekal sensor dan perangkat elektronik pada USV ini bersifat plug and play, Rafael mempersilahkan user untuk menggunakan Protector untuk misi kombatan atau misi non lethal. Untuk misi kombatan, Protector USV dapat dilengkapi rudal Spike LR, namun yang standar adalah senap an mesin yang disematkan dalam Mini-Typhoon stabilized remotely controlled. Dalam modul RCWS ini, USV Protector dapat dipasangi mulai dari senapan mesin kaliber 7,62 mm, senapan mesin berat 12,7 mm, atau pelontar granat otomatis 40 mm. Singapura diketahui menggunakan varian FN GPMG (General Purpose Machine Gun) 7,62 mm pada Protector-nya. Sementara untuk misi non lethal, Protector dapat dipasangi remote controlled water canon system.

Seagai drone laut yang bersenjata, sudah barang tentu USV Protector padat sensor, sebut saja ada, radar pencari, electro-optical director (EOD), FLIR (Forward Looking Infrared), CCD camera, laser range finder dan 360º panoramic camera. Dengan seabreg teknologi yang disebutkan, jelas drone ini tak bakal kesulitan untuk meronda di tengah kegelapan malam. Merubah konfigurasi misi dapat dilakukan dengan mudah, lewat sistem plug and play, Protector dapat menjalankan peran surveillance and reconnaissance (ISR), naval warfare, anti-submarine warfare (ASW), anti-surface warfare (ASUW), mine countermeasures dan electronic warfare (EW).

Baca juga: USV SAM-3 â€" Drone Laut Penyapu Ranjau Yang Battle Proven

Meronda di kawasan Marina, Singapura.

Deployment Protector USV terbukti sangat mudah, pada tahun 2005 drone ini diikutkan dalam misi penjaga perdamaian di Kawasan Timur Tengan, Protector dioperasukan dari atas kapal LPD (Landing Platform Dock) Endurance Class. Meski dapat dikendalikan dari jarak jauh, termasuk non-line of sight (NLOS) communication, jarak jangkau USV ini hanya dibatasi hingga 400 nautical mile (740 km).

Rafael di tahun 2012 meril is varian baru, yakni Protector dengan panjang 11 meter. Pada varian ini sudah digunakan dua mesin Caterpillar C7 diesel, selain kecepatan yang superior, dan jelajah pun ikut terdongkrak. Sampai saat ini, selain Israel dan Singapura, negara pengguna Protector USV adalah Meksiko. (Haryo Adjie)

Tags:alutsista, Bonefish, drone, PT Lundin Industry Invest, Singapura, TNI AL, ToT, USVSumber: Indo Militer