Buwas Ingin Penjara Narkoba Dijaga Hantu
Buwas Ingin Penjara Narkoba Dijaga Hantu
Kepala Badan Narkotika Nasional Budi Waseso mengungkapkan rasa frustasi menyusul maraknya perdagangan narkoba di dalam penjara. Menurutnya separuh perdagangan narkoba di Indonesia dikendalikan dari balik jeruji besi.
Menyusul maraknya perdagangan narkoba di dalam penjara, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso mengusulkan agar lembaga pemasyarakatan nantinya dijaga oleh hant,u karena tidak bisa disuap.
Buwas mengklaim 50% perdagangan narkoba dikendalikan dari dalam penjara. "Hantu tidak bisa disogok. Pakai kemenyan kali," selorohnya kepada Media Indonesia. BNN menilai lemahnya pengamanan di dalam LP dan minimnya sumber daya manusia menyulitkan upaya pemerintah membersihkan penjara dari perdagangan narkoba.
"Sampai hari ini seperti itu. Kemarin kita tangkap oknum dari LP lagi. Jujur saja, hari ini kita masih memonitor jaringan LP,â imbuhnya. Tahun 2015 silam ia juga berkelakar ingin membangun penjara di sebuah pulau yang dijaga oleh buaya.
Presiden Joko Widodo pekan lalu memerintahkan polisi untuk menembak bandar narkoba di tempat jika melawan ketika akan ditangkap. "Tembak mereka," ujarnya. "Tidak ada kata ampun." Pernyataan Jokowi dikeluarkan setelah Kapolri Tito Karnavian mengklaim menembak tersangka pengedar narkoba terbukti efektif dalam menghasilkan efek jera.
-
Musim Panen Jagal Narkoba
Perang Kolektif Filipina
Presiden Rodrigo Duterte tidak berkelakar saat menyerukan warga sipil agar ikut membunuh pengedar dan pecandu narkoba. "Lakukan sendiri jika anda punya senjata. Anda mendapat dukungan penuh dari saya," tukasnya. Hasilnya Filipina mengalami glombang pembunuhan ekstra yudisial yang hingga kini telah menelan 3.600 korban jiwa. Dalam proyek berdarah itu, warga sipil sering berada di garda terdepan.
-
Musim Panen Jagal Narkoba
Hantu dari Davao City
Duterte banyak berkaca pada kebijakan berdarahnya melawan tindak kriminalitas selama menjabat sebagai walikota Davao City. Berulangkali ia sesumbar betapa kota berpenduduk terbanyak ketiga di Filipina itu kini menjadi salah satu kota teraman di dunia berkat kepemimpinannya. Klaim tersebut dipatahkan oleh berbagai data statistik kriminalitas. Namun Duterte tetap bersikukuh.
-
Musim Panen Jagal Narkoba
Halal Darah Pecandu
Kini tidak terhitung jumlah warga sipil Filipina yang bekerja sebagai pembunuh bayaran. Setiap nyawa dihargai 430 Dollar AS atau sekitar 5,5 juta Rupiah. Biasanya pembunuh meninggalkan karton bertuliskan "bandar narkoba" pada tubuh korban. Menurut data kepolisian, saat ini sudah sekitar 2.200 terduga bandar atau pengguna narkoba tewas oleh pembunuh bayaran. Jumlahnya diyakini akan terus meningkat.
-
Musim Panen Jagal Narkoba
Ancam dan Dikecam
Kendati mengundang kecaman dunia, Duterte mendapat dukungan warga Filipina. Menurut jajak pendapat Pulse Asia, sebanyak 86% penduduk merasa puas atas kinerja sang presiden. Cuma tiga persen yang menanggap sebaliknya. Padahal Duterte mengancam akan memberlakukan hukum perang setelah dikritik oleh Mahkamah Agung dan mengingatkan jurnalis bahwa mereka tidak kebal terhadap pembunuhan
-
Musim Panen Jagal Narkoba
Kesaksian Edgar
Jejak berdarah Duterte bisa ditelusuri hingga ke Davao City. Di s ana pun ia membentuk skuad pembunuh yang terdiri atas preman, bekas narapidana, polisi dan pembunuh profesional. Salah seorang diantaranya baru-baru ini memberikan kesaksian di senat Filipina. Edgar Matobato mengklaim Duterte bahkan menembak mati pegawai Departemen Kehakiman karena menghalangi misi pembunuhan.
-
Musim Panen Jagal Narkoba
Maut di Akar Rumput
Untuk menyusun daftar sasaran kepolisian Filipina banyak mengandalkan peran administrasi desa atau Barangay. Mereka ditekan untuk menyerahkan nama-nama penduduk yang diduga mengkonsumsi atau menjual narkoba. Kepala Barangay yang tidak memberikan daftar mati dianggap terlibat bisnis narkoba dan terancam ikut dibunuh.
-
Musim Panen Jagal Narkoba
Rawan Penyalahgunaan
Biasanya daftar mati disusun oleh sebuah komite Barangay yang terdiri atas penduduk biasa. Namun kelompok HAM mengkhawatirkan sistem tersebut rawan penyelewengan. "Sistemnya sangat kondusif untuk mereka yang menyimpan dendam dan dipersenjatai untuk membunuhmu," ujar Komisioner di Komisi HAM Filipina, Karen Gomez-Dumpit.
-
Musim Panen Jagal Narkoba
Keadilan Semu
Buat banyak keluarga korban, mencari keadilan buat anggotanya yang terbunuh merupakan hal yang mustahil. Kebanyakan korban merupakan bandar kecil-kecilan, pecandu atau pesuruh yang berasal dari keluarga miskin. Mereka juga terancam mengalami presekusi atau dikucilkan dari masyarakat.
"Secara pragmatis, empiris di lapangan, kita melihat jujur saja, kita nembakin (penyelundup) narkotik, kabur semua mereka," ujarnya seperti dilansir Tempo.co.
Namun langkah tersebut mengundang kritik dari pegiat HAM. Seorang pengacar dari Perhimpunan Advokat Indonesia, Dian Helsinki Siallagan, mengatakan perintah tembak di tempat melukai kewibawaan pengadilan karena memberikan wewenang eksekusi kepada aparat keamanan.
"Apa sih makna dari tembak menembak itu? Apa sih esensinya? Sedangkan kalau di proses pengadilan belum tentu tembak mati hukumannya, kenapa dia harus dieksekusi?" pungkasnya kepada Suara.com.
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Sumpah Digong
Presiden baru Filipina, Rodrigo "Digong" Duterte, melancarkan perang besar terhadap kelompok kriminal, terutama pengedar narkotik dan obat terlarang. Sumpahnya itu bukan sekedar omong kosong. Sejak Duterte naik jabatan ribuan pelaku kriminal telah dijebloskan ke penjara, meski dalam kondisi yang tidak manusiawi.
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Sempit dan Sesak
Potret paling muram perang narkoba di Filipina bisa disimak di Lembaga Pemasyarakatan Quezon City, di dekat Manila. Penjara yang dibangun enam dekade silam itu sedianya cuma dibuat untuk menampung 800 narapidana. Tapi sejak Duterte berkuasa jumlah penghuni rumah tahanan itu berlipat ganda menjadi 3.800 narapidana
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Beratapkan Langit
Ketiadaan ruang memaksa narapidana tidur di atas lapangan basket di tengah penjara. Hujan yang kerap mengguyur Filipina membuat situasi di dalam penjara menjadi lebih parah. Saat ini tercatat cuma terdapat satu toilet untuk 130 tahanan.
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Cara Cepat "menjadi gila"
Tahanan dibiarkan tidur berdesakan di atas lapangan. "Kebanyakan menjadi gila," kata Mario Dimaculangan, seorang narapidana bangkotan kepada kantor berita AFP. "Mereka tidak lagi bisa berpiki r jernih. Penjara ini sudah membludak. Bergerak sedikit saja kamu menyenggol orang lain," tuturnya. Dimaculangan sudah mendekam di penjara Quezon City sejak tahun 2001.
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Minim Anggaran
Sebuah ruang sel di penjara Quezon City sebenarnya cuma mampu menampung 20 narapidana. Tapi lantaran situasi saat ini, sipir memaksa hingga 120 tahanan berjejalan di dalam satu sel. Pemerintah menyediakan anggaran makanan senilai 50 Peso atau 14.000 Rupiah dan dana obat-obatan sebesar 1.400 Rupiah per hari untuk setiap tahanan.
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Sara ng Penyakit
Buruknya situasi sanitasi di penjara Quezon City sering berujung pada munculnya wabah penyakit. Selain itu kesaksian narapidana menyebut tawuran antara tahanan menjadi hal lumrah lantaran kondisi yang sempit dan berdesakan.
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Sang Penghukum
Dalam perang melawan narkoba Duterte tidak jengah menggunakan cara brutal. Sejak Juli silam aparat keamanan Filipina telah menembak mati sekitar 420 pengedar narkoba tanpan alasan jelas. Cara-cara yang dipakai pun serupa seperti penembak misterius pada era kediktaturan Soeharto di dekade 80an. Sebab itu Duterte kini mendapat julukan "the punisher."
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Membludak
Menurut studi Institute for Criminal Policy Research di London, lembaga pemasyarakatan di Filipina adalah yang ketiga paling membludak di dunia. Data pemerintah juga menyebutkan setiap penjara di dalam negeri menampung jumlah tahanan lima kali lipat lebih banyak ketimbang kapasitas aslinya.
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Pecandu Mati Kutu
Presiden Duterte tidak cuma membidik pengedar saja, ia bahkan memerintahkan kepolisian untuk menembak mati pengguna narkoba. Hasilnya 114.833 pecandu melaporkan diri ke kepolisian untuk menjalani proses rehabilitasi. Namun lantaran kekuarangan fasilitas, sebagian diinapkan di berbagai penjara di dalam negeri.
-
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Duterte Bergeming
Kelompok HAM dan gereja Katholik sempat mengecam sang presiden karena ikut membidik warga miskin yang tidak berurusan dengan narkoba. Beberapa bahkan ditembak mati di tengah jalan tanpa alasan yang jelas dari kepolisian. Seakan tidak peduli, Duterte malah bersumpah akan menggandakan upaya memberantas narkoba.
Penulis: Rizki Nugraha/as (AFP, Independent, nytimes, IBT)
rzn/ap (dpa, suara, tempo)
Laporan Pilihan
Musim Panen Jagal Narkoba
Perang narkoba yang dilancarkan Presiden Filipina Duterte tidak cuma mencoreng wajah kepolisian, tapi juga mengubah warga biasa menjadi pembunuh bayaran. Inilah potret kejahatan kolektif sebuah bangsa (14.10.2016)
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Presiden Filipina Rodrigo Duterte bersumpah akan memberantas bisnis narkoba. Untuk itu ia menggunakan cara-cara brutal. Hasilnya ratusan mati ditembak dan penjara membludak. (03.08.2016)
- Tanggal 26.07.2017
- Tema Indonesia
- Kata Kunci Narkoba, BNN, Budi Waseso, Joko Widodo, Indonesia, lembaga permasyarakatan
- Bagi artikel Kirim Facebook Twitter google+ lainnya Whatsapp Tumblr Digg Technorati stumble reddit Newsvine
- Feedback: Kirim Feedback
- Cetak Cetak halaman ini
- Permalink http://p.dw.com/p/2hARx
Post a Comment