Header Ads

Rumah Sakit Plus

Bahaya Televisi di Kamar Anak

Bahaya Televisi di Kamar Anak

tirto.id - Bagi sebagian orang tua, kegemukan pada anak adalah masalah. Itulah yang dirasakan Nurjanah Aisha (40 tahun). Ia bercerita mengenai Theo (9), anak laki-lakinya yang kini bertubuh gempal. Menurutnya, dari segi makanan di meja makan, tidak ada yang berbeda antara anaknya dengan makanan yang disantap dirinya dan suaminya, baik dari segi komposisi menu maupun banyaknya makanan. Anehnya hanya Theo yang mengalami kenaikan berat badan secara drastis.
“Bedanya mungkin cuma kebiasaan Theo ngemil setiap kali menonton TV di kamarnya,” kata Nurjanah.
Tidak sedikit orang tua yang abai pada kebiasaan-kebiasaan kecil yang dilakukan anak-anaknya. Dalam kasus Theo, kebiasaan makan camilan dan menonton televisi di kamar yang menjadi masalah. Terlebih lagi, Nurjanah juga menyampaikan, bahwa televisi di kamar juga berfungsi sebagai monitor untuk permainan game anaknya.
“Theo lebih suka main bola di mo nitor televisi daripada main bola di lapangan,” tambah Nurjanah.
Penempatan televisi di kamar anak ditengarai menimbulkan beberapa efek negatif pada anak, salah satunya obesitas. Dr. Anja Heilmann dari Institut Epidemiologi dan Perawatan UCL menyatakan bahwa obesitas pada masa kanak-kanak di Inggris merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Di Inggris, sekitar sepertiga dari semua anak berusia 11 tahun, kelebihan berat badan dan satu dari lima orang mengalami obesitas.
Studinya menunjukkan bahwa ada hubungan yang jelas antara memiliki TV di kamar tidur saat masih kecil dan kelebihan berat badan anak yang terjadi beberapa tahun kemudian. Seperti yang disampaikan Nurjanah, kebiasaan menonton televisi anaknya itulah yang akhirnya memicu kebiasaan memakan camilan yang berdampak pada naiknya berat badan.
Data lain juga menunjukkan bahwa akan muncul gangguan pola tidur yang diakibatkan televisi di dalam kamar anak. Studi tahun 2014, misalnya, menyatakan bahwa mem iliki televisi di kamar tidur berkaitan erat dengan penambahan berat badan. Keterkaitan ini diakibatkan dari efek menonton televisi yang menjadikan pola tidur menjadi terganggu.
Kesenangan Theo bermain video game bola didukung oleh penyediaan fasilitas televisi di kamarnya. Kemudahan mengakses televisi tersebut semakin membuat anak meningkatkan waktu menontonnya. Dalam sebuah penelitian terhadap 80 anak di Buffalo, dengan rentang usia 4 sampai 7, televisi di kamar tidur meningkatkan waktu menonton rata-rata hampir sembilan jam dalam seminggu.
"Jika berada di kamar tidur, orang tua bahkan tidak benar-benar tahu apa yang anak-anak lihat," kata Leonard H. Epstein, profesor pediatrics and social and preventive medicine at the School of Medicine and Biomedical Science at the State University of New York di Buffalo.
Tayangan dan keleluasaan yang dimiliki anak dalam kamarnya tersebut berpotensi melahirkan kebiasaan baru. Dari 700 siswa sekolah menengah berusia 12 sam pai 14 tahun, ditemukan bahwa mereka yang memiliki TV di kamar tidur dua kali lebih mungkin untuk mulai merokok.
 Bahaya Televisi di Kamar Anak   
Sebagai pencegahan, televisi sebaiknya tidak diletakkan dalam kamar anak. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas tidur anak, menekan potensi obesitas, dan meningkatkan kualitas kehidupan sosial anak dengan lingkungan sekitar
Perubahan pola kegiatan anak karena televisi ini juga diteliti Malikhah, pendidik dari Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dalam penelitian yang mengambil sampel anak-anak dari Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus, Malikhah menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi (sinetron dan program film kartun) dengan perkembangan prilaku negatif anak. Prilaku negatif yang ditemukan di antaranya cara anak mengemukakan pendapat den gan umpatan/bentakan, perubahan pola tidur anak, perubahan pola makan, perubahan pola bermain, dan kecenderungan menunda pekerjaan rumah yang lain.
Terlebih lagi, untuk orang tua yang memiliki bayi, tidak disarankan meletakkan televisi di kamar. The American Academy of Pediatrics merekomendasikan anak-anak usia dua tahun sebaiknya menghindari layar televisi menjelang tidur siang.
Setelah hari yang panjang di sekolah, banyak anak yang ingin segera bermain di depan komputer atau televisi. Menyikapi hal tersebut, peran orang tua untuk mendorong aktivitas fisik anak setelah sekolah juga diperlukan. Karena aktifitas fisik di siang hari dapat menyebabkan anak tidur lebih nyenyak dan bisa meningkatkan kualitas istirahat anak setelahnya.
Sangat penting untuk menjauhkan perangkat elektronik, baik televisi, ponsel, maupun video game, dari tempat tidur. Cahaya biru yang dipancarkan dari laptop, tablet dan ponsel dapat mengganggu pola tidur. Alat-alat elektronik tersebut dapat dit empatkan di tempat lain selain kamar tidur, misalkan di ruang keluarga.
Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah penting, yaitu dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah. Termasuk, tentu saja, melakukan pendampingan ketika anak belajar maupun bermain, termasuk saat mereka menonton televisi. Jangan sampai anak hanya ditemani remote control.
Baca juga artikel terkait TELEVISI atau tulisan menarik lainnya Yulaika Ramadhani
(tirto.id - ylk/zen)

Keyword

televisi pendidikan anak obesitas anak gaya hidup sehat gaya hidup

REKOMENDASI

  • Hidup Televisi Tergantung Sinetron

    Hidup Televisi Tergantung Sinetron

  • TV Indonesia Terobsesi Pendapatan dan Kepentingan Golongan

    TV Indonesia Terobsesi Pendapatan dan Kepentingan Golongan

  • Menanti Ide Lawas Dewan Rating

    Menanti Ide Lawas Dewan Rating

  • RAMADAN

KONTEN MENARIK LAINNYA

  • Mengemis Demi Jalan-jalan Gratis Ala Begpacker

    Mengemis Demi Jalan-jalan Gratis Ala Begpacker

  • Mati karena Tertawa

    Mati karena Tertawa

BACA JUGA

  • Mahalnya Tumis Kangkung di Finlandia

    Mahalnya Tumis Kangkung di Fin landia

  • Baju Kaftan Masih Jadi Favorit di Hari Raya Lebaran

    Baju Kaftan Masih Jadi Favorit di Hari Raya Lebaran

Sumber: Tirto